Suntik TT untuk Calon Pengantin
Halo teman-teman semua. I'm back hehehe
Banyak banget teman-teman di DM instagramku @nikenwidii tanya seputar persiapan menikah. Terutama teman-teman yang bekerja di luar kota dan tidak punya banya waktu untuk mengurus segala printilan-printilan menikah.
Ok, I’ll start to share my story
about Suntik TT untuk calon pengantin.
Image source : http://jabarnews.com |
Ini adalah satu dari sekian
banyak persiapan menikah yang selalu mengganggu pikiranku. Kenapa?....karena
aku takut sama suntik J
Jauh-jauh hari sebelum hari H
pernikahan, aku sudah googling sana-sini untuk membaca berbagai informasi
kesehatan mengenai kenapa harus suntik TT sampai baca-baca blog untuk dapat
gambaran gimana rasa sakitnya suntik TT. Karena dari cerita teman-teman yang
duluan nikah, katanya sakit, katanya pegel dan akhirnya saya semakin hari
semakin deg-degan. L
Setelah cukup dengan segala
informasi yang sudah saya searching sekian lamanya, akhirnya saya memantapkan
diri untuk suntik TT 1,5 bulan sebelum hari H. Yes, it means Bulan Juli 2018.
FYI, saya menikah tanggal 18 Agustus 2018.
Tanggal 12 Juli 2018 malam
pikiran saya berkecamuk antara takut tapi gelisah karena hari H semakin dekat
dan saya harus segera suntik TT. Malam itu saya membulatkan tekat untuk segera
suntik TT tanggal 13 pagi pukul 08.00 ontime dan sendirian dengan semboyan
lebih cepat lebih baik. Saya sudah memilih tempat dimana saya akan suntik TT
terdekat yaitu di Puskesmas Umbulharjo. Jumat pagi 13 Juli 2018 tiba tapi saya
mengurungkan niat untuk suntik TT seorang diri karena entah feeling aja jangan
dulu hari ini. L
Setelah gagal suntik TT pada pagi
itu, siang hari saya kembali googling sana sini, kemudian saya menemukan lokasi
terdekat dengan kantor yaitu Puskesmas Mergangsan, and lucky me disana ada info
nomor WA yang bisa di hubungi. Tak menunggu banyak waktu saya langsung WA
menanyakan prosedur gimana jika saya mau suntik TT, dan fast respon sekali saya
di balas bahwa saya bisa langsung datang besok pagi bersama calon suami. Sedikit
heran sih kenapa harus dengan calon suami, tapi aku nggak mau banyak tanya. Segera
saya WA calon suami dan kami langsung janjian besok paginya 14 Juli 2018 untuk
ke Puskesmas Mergangsan.
Akhirnya suntik TT
Setelah ambil nomor antrian dan
menunggu sebentar, kami diantar menuju pos khusus yang menangani calon
pengantin. Kami mengisi formulir lengkap kemudian diminta menimbang berat
badan. Kami dijelaskan bahwa kami harus bertemu 6 dokter untuk mendapatkan
surat rekomendasi yang harus dilampirkan untuk KUA tempat kami menikah. (saya
sempat bertanya kalau dulu suntik TT ya hanya suntik terus pulang, ternyata
sekarang beda ya hehehe). Kami membayar administrasi yang sangat murah tapi
saya lupa nominal pastinya, lebih dari 40.000 tapi kurang dari 50.000. Dan inilah
dokter-dokter yang kami kunjungi selama di Puskesmas Mergangsan :
1. Laboratorium
Pertama kali kami diantar oleh mbak-mbak petugas
administrasi menuju laboratorium, hanya antri 1 orang dan saya diminta masuk
sendir. Di laboratorium ini saya dijelaskan tentang pemeriksaan apa saja, yaitu
darah dan air seni. Well, setelah tangan saya diambil sampel darah, dokter
memberikan saya tabung kecil untuk pipis. Kemudian saya diminta menunggu di
luar, sambil mengantri di poli anak yang letaknya tepat di depan laboratorium.
2. Poli Anak
Kalau di laboratorium tadi hanya saya yang diperiksa,
di poli anak ini saya dan calon suami sama-sama di periksa tapi masuk ruangan
bergantian. Saya yang pertama, yaitu kembali ukur berat badan, tensi kemudian
dokter mendekatkan alat entah apa namanya saya lupa tanya (mungkin untuk
mengukur detak jantung atau apa). Dokter juga menanyakan riwayat sakit (jika
ada) dan seputar alergi. Alhamdulillah tidak ada riwayat sakit dan alergi. J
Giliran suami masuk dan di tes serta ditanyai sama
persis dengan saya. Suami saya di wanti-wanti dokter kalau kondisinya prima,
jadi jangan merokok untuk menjaga kondisinya tetap seperti itu.
3. Psikolog
Ruangan ketiga yang kami kunjungi adalah Psikolog,
disini kami masuk berdua dan berbarengan. Pertama kami mengisi buku data dan
kemudian diminta memperkenalkan diri. Psikolognya bapak-bapak yang ramah dan
murah senyum. Pertama kami ditanya apa kelebihan dan kekurangan Mas Ganang
& Mbak Niken. Setelah sambil malu-malu menceritakan kelebihan dan
kekurangan kami di nasehati bahwa itu harus diantisipasi dari awal untuk mulai
menerima kekurangan pasangan dan saling memperbaiki diri ke depannya.
Kami juga ditanya tentang rencana tempat tinggal
setelah menikah, rencana memiliki anak dan sebagainya. Psikolog harus
mewanti-wanti bahwa segala sesuatu harus direncanakan dengan matang supaya
hasilnya bagus.
4. Poli Gigi
Poli selanjutnya adalah Poli Gigi, hanya saya saja
yang diperiksa. Disini gigi saya diperiksa 2 orang, 1 dokter & 1 perawat. Dokter
menjelaskan bahwa ada masalah di beberapa gigi saya dan harus saya periksa
lebih lanjut sebelum hamil. Dokter juga menjelaskan kaitan antara gigi bermasalah
ini dengan janin yang dikandung besok.
5. Poli Gizi
Well selanjutnya kami berdua mengunjungi poli gizi,
Ibu yang memeriksa kami sangat ramah dan menyenangkan. Pertama kami diminta
untuk ukur tinggi badan, karena jika tinggi badan kurang dari 145 cm ada penanganan
khusus untuk persiapan melahirkan. Alhamdulillah tinggi badan saya masuk
kategori aman, walaupun kalau dilihat sangat mungil :-D
Kemudian lingkar lengan saya di ukur, di catat. Lanjut
ditanyai tentang pola makan saya. Ibu Ahli Gizi (saya lupa namanya) bilang saya
sehat, tinggi cukup, berat badan normal (tidak kurang dan tidak lebih). Ibu Ahli
Gizi juga menyarankan saya mengurangi minum manis (karena saya suka minum yang
manis-manis) dan menggantinya dengan air putih. Kemudian dokter juga
menyarankan saya mengganti cemilan yang saya makan di malam hari dengan buah.
Jadi ceritanya saya jujur sama Ibu Ahli Gizi bahwa saya tipe orang yang sering
makan yaitu 3 – 4 kali sehari, masih ngemil di malam hari dan sering makan
manis.
Saya juga disarankan seberapa sibuknya saya untuk
tetap berolahraga minimal 1x seminggu. Secara keseluruhan kondisi saya bagus
dan siap untuk kehamilan. Dokter bilang jika kami ingin menunda kehamilan sebaiknya
jangan sampai usia 30 tahun, dan jika pun kami menunda kehamilan tersebut kami
harus mempertahankan kondisi kesehatan kami sama seperti saat kami periksa. Tapi
tetap, Ibu Ahli Gizi menyarankan kami untuk tidak menunda memiliki momongan
karena usia saya sudah 26 tahun lebih saat itu, usia yang sudah cukup matang
untuk segera memiliki buah hati dari segi kesehatan.
6. Poli KIA (Khusus Ibu dan Anak)
Finally kami tiba di poli terkahir yaitu KIA atau
khusus ibu dan anak. Lemes rasanya di poli terakhir ini karena sudah pasti 100%
saya akan bertemu dengan jarum suntik. L
Tangan saya sangat dingin saat masuk ruangan disambut dengan Bu Dokter dan
beberapa mbak perawat.
Pertama kami dijelaskan tentang alat kontrasepsi
secara umum dan kontrasepsi non hormonal yang bisa diterapkan kalau kami ingin
menunda kehamilan. Tapi sekali lagi, dokter tidak menyarankan kalau kami
menunda kehamilan. :-D Baiklah Ibu Dokter. Di dokter ini saya juga dijelaskan
tentang kenapa saya harus diimunisasi.
Setelah penjelasan panjang lebar, Bu Dokter meminta
calon suami saya mengambil hasil pemeriksaa lab dan lain-lain sementara saya
harus siap disuntik. Terlihat mbak-mbak perawat mulai menyiapkan suntik dan
cairan, saya diminta duduk di bed sambil menyiapkan lengan saya. Ya Allah lemes
banget rasanya. Dokter terus mengajak saya ngobrol, saya merasakan dokter mulai
mengelap lengan saya dengan kapas basah (anestesi sedikit), tapi tiba-tiba bu
dokter berjalan ke tempat kami ngobrol semula.
“Lho dok, saya ngga jadi di suntik atau nunggu
anestesinya meresap?”
“Sudah saya suntik mbak” kata Bu Dokter sambil
tersenyum
Saya masih terbengong-bengong kenapa saya tidak terasa
di suntik sama sekali. Entah karena anestesi atau karena teknologi semakin
canggih sehingga jarumnya sangat kecil. Saya masih terbengong-bengong kala itu.
Akhirnya suami masuk membawa form yang sudah diisi. Hasil
tes dari poli pertama hingga terakhir dirangkum dalam 1 form besar, disana
dituliskan semua hasil permeriksaan secara detail. Termasuk dilampirkan juga
testpack hasil tes di laboratorium. Karena hasil testpack saya negatif maka
dokter hanya bilang, jika hasilnya positif kami akan bekali lebih untuk
kehamilannya.
Kemudian kami diminta kembali ke
ruang pendaftaran tadi untuk mengambil hasil lab beserta cap dan surat
rekomendasi untuk kami bawa ke KUA. Dan akhirnya selesai sudah suntik TT atau
suntik Catin (calon pengantin) yang membuat saya deg-degan selama ini.
Oiya, dokter di KIA berpesan jika
nanti lengan saya pegel-pegel di kompres saja dengan air hangat. Saya juga
dikasih kartu imunisasi TT, saya harus imunisasi 2x lagi yaitu 1 tahun setelah
ini untuk kekebalan selama 10 tahun dan 1 tahun setelah TT lagi untuk kekebalan
selama 25 tahun.
Well, akhirnya saya tahu bahwa
suntik TT tidak hanya sekedar suntik terus pulang, tapi lebih dari itu semua
termasuk pembekalan pernikahan dari sisi medis yang sangat penting dari
berbagai sisi. Tes yang semula saya kira hanya akan berlangsung setengah jam
ternyata memakan waktu 4 jam hehehe. But it’s worth it. Terima kasih Puskesmas
Mergangsan.
Jika teman-teman ada pertanyaan,
silakan tinggalkan di kolom komentar ya. Terima kasih.
0 komentar