Pantai Nglambor, Keindahan Alam dan Kesederhanaan :-)

        Senin sampai Sabtu merupakan hari-hari untuk memburu rejeki, bahkan menjadi waktu yang panjang dan melelahkan. Saat sabtu tiba, seolah meneguk oase di padang pasir. Gembira menyapa. Saya dan beberapa sahabat saya penggemar “blusukan”, memang sudah merencanakan untuk mengisi weekend dengan kemah di salah satu pantai yang belum cukup terkenal di Gunungkidul.

Perjalanan dari Jogja menuju Gunungkidul terasa cukup panjang, karena kami singgah dahulu di rumah saya di Wonosari untuk mengambil gelas yang lupa tidak kami bawa. Akhirnya, sekitar pukul 20.30 kami baru menginjakkan kaki di Pantai Siung. Kamipun menikmati makan malam berupa nasi bungkus di sambil menunggu rekan kami, Mas Arief dan Mas Wahyu.
Setelah dijelaskan mengenai gambaran Pantai Nglambor, saya sempat berfikir dua kali. “ Disana tidak ada lampu/ penerangan, juga tidak ada toilet”. Ya, akhirnya kami beranjak meninggalkan Pantai Siung, menuju Pantai Nglambor. Pantai Nglambor terletak tidak begitu jauh dari Pantai Siung, tapi suasananya sangat berbeda. Di Pantai Siung, kita merasakan suasana ramai karena banyak wisatawan sedang berkemah. Nah, di jalan menuju Pantai Nglambor ini suasananya sangat sepi.
Memasuki jalan berbatu, terpaksa kami harus turun dari mobil dan berjalan kaki menuju Pantai. Karena ini edisi perdana saya mengunjungi Nglambor, saya tidak tahu sama sekali keadaan di sana. Saya hanya melihat sekeliling gelap, dihiasi lolongan anjing dan debur ombak. Yaa, saya hanya nurut saja ketika sahabat-sahabat saya mendirikan tenda di tempat yang menurut mereka strategis.
Tenda sudah berdiri, kami pun mulai membuat api unggun. Menyeduh kopi dan the, membakar jagung dan pastinya bersenda gurau dengan suasana alam, tentunya sangat berbeda dengan keadaan kami sehari-hari. Hal istimewa pun terus berlanjut sampai kami beristirahat, terasa sekali tidur di alam bebas, tanpa kasur, tanpa bantal, tanpa listrik. Mungkin banyak yang belum pernah merasakannya.

Mbak Tika sedang menikmati api unggun di pinggi tenda :-D





Kopi, teh dan jagung bakar sebagai teman bergurau

Sunrise pun terlewatkan, saya terlalu puas menikmati buaian keaslian di taman bernama Pantai Nglambor ini. Begitu keluar dari tenda, pemandangan luar biasa membentang di depan mata. Tepat di samping tenda merupakan gerombolan daun pandan, saat saya sibak, subhanallah indah sekali, terbentang pantai yang bersih dan sepi.  Dan kebiasaan cuci muka setelah bangun tidur tetap terbawa. Mulai khawatir mau cuci muka kemana dan dimana, Mbak Acie menunjukkan sebuah mata air segar yang berada di tepi pantai. Subhanallah.
Mba Rani sedang menikmati mata air Pantai Nglambor yang segar

Narsis dulu walaupun belum mandi :-D
 
Setelah berfoto-foto sambil menikmati keindahan Pantai Nglambor ini, Mbak Acie mengajak saya mengunjungi rumah sederhana yang berada di bukit kecil, di atas pantai. Yaa, disana tinggal sepasang suami istri yang sudah lanjut usia. Meninggalkan rumah yang ada di desa tak jauh dari pantai, mereka memilih menikmati masa tua di tepi pantai, hidup sederhana tapi romantis.
Foto bareng Mbah Mo
Yaa, itulah sekelumit cerita liburan saya di Pantai Nglambor. Sederhana, tapi menjadi istimewa untuk mereka yang bisa menikmatinya. Terlalu banyak yang indah dan berharga dalam perjalanan saya ini, dan untuk merasakannya tidak cukup hanya dengan membaca tulisan saya. Utamanya, banyak pelajaran berharga yang saya dapat dari kegiatan kemah di Pantai Nglambor ini. 
Tetap jaga alam ya…Salam pariwisata :-)

Ngalambor, Mei 2013





You Might Also Like

0 komentar