Lebaran
merupakan ajang silaturahmi sekaligus ajang untuk bertemu dengan sanak
saudara. Fenomena mudik yang selalu terjadi setiap lebaran menjadi salah
satu faktor meningkatnya jumlah wisatawan di beberapa objek wisata.
Kegiata wisata lebaran juga menjadi agenda rutin keluarga saya. Pada
lebaran tahun ini saya mengunjungi objek wisata Pantai Sadeng.
Perjalanan ke Pantai Sadeng yang terletak di Desa Songbanyu dan Desa
Pucung , Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunungkidul ini kami tempuh dalam
waktu 1 jam 25 menit dari rumah saya di Kecamatan Wonosari dengan jarak
tempuh sekitar 40 Km. Mobil pribadi yang kami gunakan untuk
transportasi tidak mengalami kendala macet karena kami berkunjung pada
tanggal 30 Agustus 2011 sekitar pukul 13.00 WIB, tanggal dimana sebagian
orang belum melaksanakan sholat Ied sehingga wisatawan yang berkunjung
ke Pantai Sadeng belum terlalu banyak. Saya dan keluarga memilih
mengunjungi pantai ini karena kami ingin berwisata sekaligus membeli
ikan.
Perjalanan
menuju Pantai Sadeng sangat menyenangkan. Apalagi saat kita melewati
Tlogo Suling yang dikenal sebagai Bengawan Solo Purba, pemandangannya
sangat indah. Saya tidak begitu mengetahui sejarah Tlogo Suling ini,
salah satu sumber di internet yaitu www.yogyes.com
menceritakan bahwa dahulu dahulu kala Sungai Bengawan Solo mengalir
tenang dari hulunya di wilayah utara hingga bermuara di Pantai Sadeng
yang kini berada di Kabupaten Gunung Kidul. Namun, empat juta tahun
silam, sebuah proses geologi terjadi. Lempeng Australia menghujam ke
bawah Pulau Jawa, menyebabkan dataran Pulau Jawa perlahan terangkat.
Arus sungai akhirnya tak bisa melawan hingga akhirnya aliran pun
berbalik ke utara. Jalur sungai ini sekarang tinggal jejak karena tidak
ada lagi aliran air. Wilayah Tlogo Suling ini kemudian menjadi tempat
wisata yang indah dengan bukit-bukit kapur disekelilingnya, jadi apabila
Anda berkunjung ke Pantai Sadeng jangan lupa singgah dulu untuk
menyaksikan pemandangan lembah Bengawan Solo Purba dari tepi jalan.
Selain indahnya pemandangan Bengawan Solo Purba kita juga dapat
menikmati barisan pohon kelapa yang menjulang tinggi. Pemandangan ini
dapat kita saksikan di sepanjang jalan setelah melewati Tlogo Suling
hingga kita sampai di tepi Pantai Sadeng.
Setelah
melewati pemandangan yang penuh sejarah dan melewati barisan pohon
kelapa kita akan sampai di Pantai Sadeng yang dahulu merupakan muara
dari Bengawan Solo Purba. Daya tarik pantai ini terletak pada fungsinya,
yaitu sebagai pelabuhan ikan terbesar di DIY. Di pantai ini kita bisa
membeli ikan, cumi-cumi dan udang dengan harga yang murah.sehingga untuk
lebaran objek wisata ini sangat cocok dikunjungi karena kita bisa
berbelanja ikan yang bisa kita jadikan hidangan untuk menjamu sanak
saudara.
Pantai Sadeng sebagai pelabuhan ikan ini pun memiliki cerita sendiri, seperti informasi dari www.yogyes.com
yang menceritakan bahwa Sekitar tahun 1983, serombongan nelayan dari
Gombong, Jawa Tengah datang ke tempat ini. Mereka menganggap Sadeng
sangat berpotensi sebagai tempat melaut. Tantangannya cukup berat, bukan
hanya karena ombak laut selatan yang besar, tetapi juga kepercayaan
penduduk setempat yang tidak memperbolehkan melaut dan wilayah pantai
yang konon wingit. Salah satu nelayan mengungkapkan bahwa nelayan
Gombong saat itu berkeyakinan, "Sopo Wae mlebu Sadeng Sedeng". Berarti,
siapa saja yang berani tinggal di Sadeng akan diberi kekuatan untuk
hidup. Akhirnya, bertahanlah serombongan nelayan dari Gombong itu,
sedikit demi sedikit hingga hasil tangkapan ikan pun terus meningkat dan
mereka mampu bertahan hidup. Kemajuan pun terus dicapai. Tahun 1986,
didirikan tempat pelelangan ikan dan dibangun pelabuhan yang dilengkapi
mercusuar untuk mendukung aktivitas perikanan. Sekitar tahun 1989,
berdiri sebuah koperasi untuk membantu para nelayan. Hingga akhirnya
pada tahun 1995, berdiri kantor yang mengurus hasil tangkapan ikan
sekaligus pondokan serupa rumah petak yang dikontrakkan untuk para
nelayan.
Sampai
di Pantai Sadeng, setelah kita memasuki area parkir kita akan menjumpai
kios-kios yang menjual hasil tangkapan laut. Pada saat saya berkunjung
kesana banyak sekali ikan-ikan yang masih segar. Harganya pun sangat
murah, cumi-cumi 15.000/ Kg, ikan tuna 12.000/Kg, udang kecil 25.000/Kg
dan ikan pari ukuran sedang 10.000/buah. Setelah melewati kios-kios ini
kita akan memasuki sebuah gapura kecil. Begitu kita masuk kita akan
langsung menyaksikan ratusan kapal dengan bermacam-macam bentuk yang
terikat. Air di tempat parkir kapal ini pun sangat tenang, hal ini
karena ada pembatas yang mencegah masuknya ombak ke area ini. Apabila
kita berjalan lurus mengikuti jalan kita akan menemui pohon besar hingga
kita melihat beberapa penjual makanan kecil dan minuman. Setelah kita
belok kiri sedikit kita akan menemukan sebuah pendopo yang cukup luas.
Masih terus menyusuri jalan, kita akan menemukan warung makan sea food,
penjual mie ayam dan bakso serta berbagai minuman. Warung makan yang
istimewa menurut saya terletak di bawah bukit yang berbentuk seperti gua
kecil. Biasanya wisatawan makan di tempat ini dan minum es kelapa muda.
Pada
saat saya berkunjung di Pantai Sadeng pengunjung mengalami peningkatan,
meskipun belum terlalu banyak. Sebagian besar wisatawan datang bersama
keluarganya, sehingga kelompok umur wisatawan pantai ini dapat
dipastikan banyak orang tua, orang dewasa, remaja, anak-anak dan balita.
Akan tetapi kelompok umur wisatawan yang berada di lokasi pantai ini
didominasi oleh kelompok umur dewasa. Jika saya amati dari plat nomor
kendaraan bermotor di tempat parkir wisatawan berasal dari DIY dan
Jateng. Kebanyakan mereka berasal dari daerah sekitar pantai yaitu dari
daerah Girisubo, Rongkop dan Wonogiri, hal ini karena sebagian penduduk
belum melaksaakan sholat Ied sehingga mereka belum berwisata. Tidak ada
alat transportasi umum untuk mencapai pelabuhan ikan terbesar di DIY
ini, sehingga wisatawan harus menggunakan kendaraan pribadi seperti
mobil dan motor. Aktivitas mereka tampak beraneka ragam, ada yang
belanja ikan, makan bersama keluarga, duduk sambil menikmati pemandangan
laut lepas yang tidak terhalang karang dan menikmati es kelapa muda.
Akan tetapi di pantai banyak anak-anak beserta orang tuanya bermain air
dan pasir.
Salah
satu pengunung dari Semarang yang merayakan Idul Fitri bersama
keluarganya di Desa Balong, Kecamatan Girisubo mengatakan memilih Pantai
Sadeng karena lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah orang tuanya dan
belum pernah mengunjungi pantai ini sebelumnya. Selain itu, beliau
memilih Pantai Sadeng karena ingin membeli ikan untuk dijadikan hidangan
di acara arisan keluarga. Benar saja, istri beliau menghabiskan uang
Rp. 200.000 untuk membeli cumi-cumi dan ikan tuna. Keluarga Bapak Topan
ini menghabiskan waktu sekitar 3 jam untuk berbelanja dan bermain pasir.
Menurut beliau pantai ini cukup bagus, akan tetapi kondisi jalannya
sangat sempit sehingga sangat berbahaya karena di kanan kiri jalan
kebanyakan berupa merupakan tebing dan jurang. Kondisi jalan yang sempit
ini juga berbahaya karena jalan berkelok-kelok dan naik turun. Selain
kondisi jalan yang dikeluhkan ini, Bapak Topan juga menyayangkan kondisi
perairan tempat parkir kapal yang sangat kotor. Beliau berharap
masyarakat dan pengunjung selalu menjaga kebersihan agar keindahan
Pantai Sadeng ini tidak rusak oleh sampah. Meskipun ada beberapa
ketidaknyamanan, beliau mengatakan tetap kagum dengan pesona Pantai
Sadeng, indah dan berbeda dengan pantai yang lain di Gunungkidul.
Untuk
menyambut lebaran tahun 2011 pengelola telah mempersiapkan banyak hal.
Diantaranya menambah jumlah petugas yang mengawasi Pantai Sadeng,
memperbaiki fasilitas seperti kamar mandi dan pendopo, memaksimalkan
kerja tukang parkir dan menambah supplay hasil tangkapan laut
dari nelayan. Hal ini dilakukan untuk menyambut wisatawan yang biasanya
meningkat pada hari raya. Menurut petugas, biasanya setiap lebaran
pengunjung berasal dari berbagai daerah dan didominasi wisatawan yang
berasal dari luar daerah. Untuk retribusi dan jumlah pengunjung petugas
belum bisa memastikan jumlahnya karena saat saya berkunjung wisatawan
belum banyak, biasanya wisatawan mulai berwisata setelah lebaran.
Meskipun demikian petugas Pantai Sadeng berharap pengunjung meningkat
dari tahun sebelumnya. Biasanya hal yang dikeluhkan wisatawan adalah
kondisi jalan meuju pantai sadeng yang sempit.
Kesibukan
sebuah pelabuhan merupakan wisata budaya yang cukup unik di pantai ini.
Mulai dari sekelompok nelayan bersama perahu mereka, mengangkut ikan
dari kapal, tengkulak dan pembeli yang berebut hasil tangkapan dan
pondok makan seafood dengan bau yang khas adalah nuansa tersendiri yang
terkadang menyentak rasa haru dan bangga. Menurut saya, berkunjung ke
pantai ini tidak akan mengecewakan. Oleh karena itu kita sebagai orang
yang akan berkecimpung di dunia pariwisata, mari jaga aset berharga
kita. Jangan biarkan apapun merusaknya. Ayo berkunjung ke Pantai Sadeng.